Penulis: Uyunun Nudhira, S.Tr.Keb., M.K.M.
Institusi: STIKES Griya Husada Sumbawa
Organisasi Kesehatan Dunia menjelaskan stunting merupakan salah satu hambatan untuk perkembangan manusia karena secara global mempengaruhi sekitar 162 juta anak dibawah usia 5 tahun. Stunting diperkirakan akan mengalami peningkatan sebesar 127 juta pada tahun 2025 untuk itu diperlukan banyak tindakan agar dapat mengurangi stunting sebesar 100 juta sesuai target di tahun 2025.
Berdasarkan data dari kementrian kesehatan pevalensi stunting bayi berusia di bawah lima tahun (balita) di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 36,4% terbesar kedua di kawasan Asia. Provinsi NTB memiliki prevalensi stunting yang tinggi dari rata-rata nasional sebesar 37,2% dan pulau sumbawa menduduki peringkat pertama kasus stunting tertinggi. Stunting dapat menjadi faktor pencetus berbagai penyakit kronis disebabkan oleh kombinasi antara gen yang buruk, gaya hidup dan status gizi yang tidak sehat. Barker mengemukakan bahwa akar penyebab penyakit kronis terletak di awal kehidupan. Asupan makanan yang diperoleh janin dari ibunya, paparan setelah kelahiran, “memrogram” dengan permanen struktur dan metabolisme tubuh yang menentukan tingkat kerentanannya untuk mengalami penyakit kronis pada awal kehidupan dan pada masa kehidupan selanjutnya (Barker, et al., 2013).
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya masalah gizi pada anak kurang pada anak dengan memberi ASI eksklusif sampai anak berumur 6 bulan. Anak di berikan makanan yang bervariasi seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya, rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program posyandu. Program unggulan pemerintah pemerintah dalam upaya penanggulangan masalah kekurangan gizi pada balita. Keberhasilan suatu pemerintahan biasanya dapat dilihat salah satunya dengan melihat status gizi masyarakatnya. Status gizi yang tidak baik menandakan kurang baiknya kecukupan pangan suatu bangsa dan ketahanan pangannya. Setelah ketersedian pangan terjawab yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana status pangan atau makanan tersebut, baik nilai ada gizinya atau tidak. Ketahanan pangan dan kecukupan nilai gizi harus didukung dengan program-program pemerinatah yang akan terwujudnya masyarakat tahan pangan dan cukup gizi (Supariasa, 2015).
Program penanganan masalah gizi di NTB menjadi perhatian bersama. Berbagai program dicanangkan salah satunya Aksi Seribu Hari Pertama Kehidupan (ASHAR) untuk mengatasi permasalahan gizi, perbaikan keluarga dan mengurangi kejadian morbiditas dan mortalitas ibu dan balita. Strategi memperbaiki jumlah dan bioavabilitas mikronutrien dalam diet dengan cara meningkatkan konsumsi makanan bersumber hewani dan bukannya meningkatkan asupan karbohidrat. Adanya intervensi untuk menurunkan angka kemiskinan karena akan sangat berpengaruh terhadap pola konsumsi masyarakat. Peningkatkan sosialisasi untuk memperbaiki pola asuh terutama dalam pemberian makanan pada anak dan gizi anak selama dalam kandungan.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan pada Rabu 27 Juni 2020 mulai pukul 09.00 hingga 16.00 WITA di Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa. Desa Penyaring merupakan daerah dengan kasus stunting tertinggi di Kecamatan Moyo Utara. Proses pengabdian masyarakat dilakukan dalam bentuk door to door karena dilaksanakan saat pandemi covid 19. Proses pelaksanaan menggunakan metode yang disosialisasikan yaitu dengan memberikan penjelasan, leaflet dan diskusi bersama. Pengabdian masyarakat ini juga melibatkan tim dosen dan mahasiswa. Tahap pelaksanaan kegiatan ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait gizi selama seribu hari pertama kehidupan yang sangat penting dalam pencegahan stunting pada anak. Kegiatan penyuluhan menjelaskan tentang nutrisi ibu mulai dari kehamilan, persalinan, pada masa bayi dan balita, untuk mencegah terjadinya stunting. Penjelasan disertai dengan contoh tumpeng gizi, isi piringku, prilaku hidup bersih dan sehat sebelum mengkonsumsi makanan serta dampak dari ketidak seimbangan gizi pada balita. Pelaksanaan penyuluhan dilakukan dengan mendatangi rumah ibu yang memiliki balita kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan disertai diskusi terkait pengetahuan ibu tentang nutrisi pada balita serta bagaimana konsumsi makanan yang dianjurkan.
Kesimpulan dalam kegiatan ini adalah memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat terkait nutrisi seribu hari pertama kehidupan untuk pencegahan stunting. Penyuluhan dilakukan melalui pemaparan materi, pemberian leaflet dan diskusi bersama. Hasil pelaksanaan kegiatan meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 19 Ibu berpartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Hasilnya dari pengabdian yang dilakukan peserta antusias melakukan tanya jawab, memahami dan mampu menjelaskan kembali manfaat dari nutrisi seribu hari pertama kehidupan saat dievaluasi kembali. Ibu juga aktif bertanya terkait kondisi gizi dan kesehatan anak. Kegiatan pengabdian ini dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi selama seribu hari pertama kehidupan sehingga dapat mencegah terjadinya stunting ataupun masalah gizi lainnya sejak dini pada anak.(**)
Komentar