Sumbawa Besar, Mediasumbawa.com – Belasan ekor ternak sapi milik warga di Dusun Krida, Desa Jamu, Kecamatan Lunyuk mati dengan kondisi perut membengkak dan tubuh kaku. Ternak tersebut diduga meninggal akibat terkena penyakit ngorok atau Septicemia Epizootica (SE).
Pendataan yang dilakukan petugas, kematian ternak sapi di wilayah setempat diduga akibat penyakit SE, sebanyak 13 ekor. Rinciannya milik M. Yasin 7 ekor, Saiful 4 ekor, Mahding 1 ekor dan Nurhalis 1 ekor.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Kabupaten Sumbawa, H. Junaidi, S.Pt membenarkan hal tersebut. Pihaknya mendapatkan informasi dari UPT Prokeswan Lunyuk melakukan registrasi dan vaksinasi di Dusun Krida pada Rabu, 4 Agustus 2021 lalu. Ada laporan salah satu peternak kepada paramedis bahwa ternak sapi yang dimiliki mati. Peternak dan paramedis langsung menuju padang penggembalaan dan ditemukan 2 ekor sapi yang telah mati dengan kondisi perut sudah membengkak dan tubuh kaku. Diperkirakan sapi tersebut telah mati selama 6 sampai 7 jam. Lokasi penggembalaan sendiri adalah sawah tadah hujan yang terletak di antara bukit-bukit sehingga memerlukan waktu untuk bisa di jangkau.
“Dari keterangan pemilik ternak, sapi memang dalam keadaan kurang sehat dan ditemukan mati pada pagi harinya. Kemudian peternak meminta petugas puskeswan untuk melakukan penyuntikan vaksin terhadap ternak yang masih sehat. Karena sapi tidak ada satupun yang diikat, maka petugas puskeswan kesulitan melakukan vaksinasi secara maksimal. Namun demikian ternak sapi telah dapat tervaksin sebanyak 10 ekor,” ujarnya, Kamis (5/8).
Terhadap kondisi tersebut, pihak UPT Prokeswan Lunyuk kemudian melakukan investigasi kepada beberapa peternak lain. Petugas menemukan ternak sapi yang menunjukkan gejala sakit yaitu keluar cairan hidung kental dan ada juga yang sudah menunjukkan gejala ngorok yang merupakan gejala khas penyakit SE. Namun, karena keterbatasan peternak yang tidak mengikat sapi tersebut sehingga petugas tidak dapat melakukan tindakan pengobatan. Demikian pula dengan ternak lainnya yang masih sehatpun tidak dapat dilakukan vaksinasi, sedangkan jumlah populasi terancam di wilayah gembala tersebut diperkirakan mencapai ratusan ekor.
“Petugas telah menyampaikan kondisi tersebut kepada pihak desa. Sehingga pihak desa dapat mengambil kebijakan dengan mengatur ulang jadwal vaksinasi dan meminta kepada semua peternak untuk menghadirkan seluruh ternaknya masing-masing. Agar dapat dilakukan vaksinasi secara benar dengan syarat menyiapkan kandang jepit untuk kelancaran kegiatan vaksinasi,” pungkasnya. (MS/SP/***)
Komentar