Dari Talkshow Bincang Gemilang : CHSE, Layanan Wisata di Era Nurut Tatanan Baru (bag-2 Habis)

NTB471 views

Clean, Health, Safety and Environment adalah layanan wisata yang niscaya ada di masa pandemi.

Penerapannya dalam bentuk protokol kesehatan ketat untuk menghindari penularan Virus Covid 19 sekaligus  promosi meyakinkan calon wisatawan sebagai upaya memberikan keamanan dan kenyamanan.

General Manager Hotel Astoria Lombok, Saeno Kunto mengatakan, tingkat kepuasan dari pengalaman wisatawan mendapatkan pelayanan terbaik adalah esensi industri pariwisata.

“Ketepatan bertindak seperti merespon keluhan dan  pengelolaan fasilitas meminimalkan dampak kurang baik terhadap citra pelayanan”, ujar Kunto saat berbagi strategi sebagai narasumber dalam Talkshow Bincang Gemilang edisi keempat besutan Dinas Komunikasi Informasi dan Statistik di Hotel Lombok Astoria, Jumat (25/06).

Hal pertama yang harus dipastikan adalah seluruh karyawan berstatus sehat dan mendapatkan vaksin. Kemudian memastikan penerapan protokol kesehatan standar yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak dilakukan sebagai kebiasaan dalam pelayanan standar, baru setelah itu memastikan fasilitas pendukung lain seperti sanitizer station, temperature gun dan seluruh fasilitas gedung bersih dan bebas virus.

Kunto juga menjelaskan bahwa promosi ‘by experience’ ini akan menciptakan guest repeater yang akan datang kembali karena sesungguhnya pariwisata adalah industri yang berkelanjutan.

Oleh sebab itu, Kunto mengklaim Hotel Lombok Astoria sebagai salah satu dari hotel yang terbaik di Mataram. Selama pandemi, tingkat hunian hotel ini 55 persen dari total okupansi 156 kamar.

“Rata rata sebulan antara  80 sampai 90 kamar terjual. Ini artinya Hotel Lombok Astoria tidak hanya bertahan tapi tetap menghasilkan profit”, jelas Kunto.

Sekretaris Dinas Pariwisata, L Hasbul Wadi menegaskan, 398 homestay yang sudah dibangun Kementerian PUPR di Desa Wisata di lingkar KEK Mandalika dipastikan kebersihan dan kesehatan lingkungannya karena di masa pandemi, pelayanan terkait CHSE ini memberikan kepastian keamanan dan kenyamanan selain menjadi syarat beroperasinya destinasi wisata dan fasilitas pendukungnya seperti akomodasi dalam bentuk  sertifikat CHSE.

Menyiapkan Desa Wisata untuk Kebangkitan Pariwisata

Besarnya potensi Desa Wisata di NTB sudah tak diragukan. Apalagi, minat berwisata yang berubah dari waktu ke waktu melengkapi keindahan alam dan budaya dari ujung Dompu sampai Lombok.

Asisten II Setprov NTB, Drs Ridwansyah menjelaskan, bahkan membajak sawah atau memelihara ternak dapat menjadi produk pariwisata desa. Tinggal mengemas dan mempromosikannya sebagai atraksi wisata.

Desa Wisata yang dilihat dari dimensi ekonomi, lingkungan dan sumber daya manusia membutuhkan konsep pengelolaan destinasi wisata yang harus mengikuti pola amenity (fasilitas penunjang), accesibility (infrastruktur) dan attraction (menu wisata).

Seperti dikatakan Sekretaris Dinas Pariwisata, Lalu Hasbul Wadi, konsep 3A tersebut    sebagai panduan tata kelola destinasi wisata dalam rangka memberikan pelayanan terbaik.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah, Ari Garmono, menguraikan strategi promosi agar Desa Wisata dapat menjangkau pasar dengan teknologi digital. Terlebih di era pandemi yang membatasi akses antar negara. Dikatakannya, promosi sebagai brand awareness akan mengingatkan orang akan tujuan kemana akan berwisata setelah destinasi disiapkan dengan penerapan CHSE yang menjamin keamanan, keselamatan dan kesehatan wisatawan.

“Hal penting adalah menemukan keunikan dan diferensiasi selain era pariwisata yang sekarang lebih bersifat lokal, personal dan dalam komunitas kecil”, jelas Ari.

Ditambahkannya, konsep pariwisata tersebut sangat tepat untuk branding Desa Wisata. (ms/jm)

Komentar