Sumbawa Masuk Zona Rawan Gempa dan Tsunami

Sumbawa Besar, Media Sumbawa

Berdasarkan pemetaan dan indeks kebencanaan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kabupaten Sumbawa termasuk daerah rawan kegempaan dan Tsunami. Sehingga Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasion Geofisika Kelas III Mataram menyelenggarakan Sekolah Lapang Geofisika (SLG) di Kabupaten Sumbawa, dari 22 hingga 23 Oktober.

“Mengingat negara kita, negara yang memiliki tingkat kegempaan dan tsunami cukup tinggi, sehingga perlu upaya peningkatan kapasitas kepada daerah terutama daerah rawan kegempaan dan tsunami. sehingga kami gelar sekolah ini. Kenapa sumbawa dipilih, dari catatan sejarah dan dari indeks kebencanaan dari BNPB bahwa sumbawa daerah rawan kegempaan dan tsunami. Kita sudah pernah mengalami itu tahun agustus 1977, terjadi gempa dengan kekuatan 8 SR, dan menimbulkan Tsunami di pesisir selatan sumbawa,” kata Rahmat Triyono, ST.,Dipl,SEIS,M.Sc., Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Selasa (22/10) dalam pelaksanaan SLG.

Dijelaskan, SLG dilakukan untuk membangun kapasitas para pelaku kebencanaan, seperti BMKG, BPBD, Media, Sekolah dan Perguruan Tinggi, SKDP, serta masyarakat BPBD untuk membangun ketangguhan dalam menghadapi gempa dan Tsunami. “Tentunya ketika kita menjadi tangguh, maka kita akan memperkecil resiko yang ditimbulkan oleh gempa dan tsunami,” katanya.

Diungkapkan, gempa bumi dan Tsunami tidak mengenal wilayah atau Borderless. “Artinya, misal pusat gempanya di Lombok, tapi dampaknya ke Sumbawa. artinya kesiap-siagaan kita semua sangat diperlukan, kita akan beljajar mengenai potensi yang ada di kita, bagaimaa kegempaannnya, bagaimana tsunaminya. Dampaknya harus bisa kita antisipasi semua,” ungkapnya.

Sehingga, laju dan kemampuan untuk memahami informasi dari BMKG terkait kebencanaan sangat penting. Misalnya di Pulau Lombok terjadi gempa dengan kekuatan cukup besar dan berpotensi menimbulkan Tsunami, maka Kabupaten Sumbawa secara otomatis musti waspada.

Diungkapkan, di NTB tahun ini telah ditambah sedikitnya 194 alat pendeteksi gempa (Seismometer), dan tiga diantaranya berada di Pulau Sumbawa, dan satu unit di Kabupaten Sumbawa. Tahun depan, Pulau Sumbawa akan ditempatkan sedikitnya 19 unit seismometer.

“Kita ada kendala terutama untuk (penempatan seismometer, red) ke Indonesia timur, misalnya factor keamanan, kesulitan lainnya. Bali nusra jawa, sudah padat,” jelasnya.

Asisten I Setda Sumbawa mewakili Bupati Sumbawa, Muhammad Ikhsan Madjid, menyampaikan terima kasih kepada BMKG yang telah memilih Kabupaten Sumbawa sebagai lokasi SLG tahun ini. “Kita berharap jangan sampai ilmu yang diperoleh oleh peserta jangan sia-sia dengan meningkatnya kapasitas peserta dari berbagai kalangan, tentu masyarakat dan pemerintah kabupaten sumbawa menjadi siaga gempa dan tsunami,” katanya.

Diungkapkan, dari kejadian gempa tahun 2018, Pemda Sumbawa memetik banyak pelajaran berharga, misalnya kesiapan dalam menghadapi bencana kegempaan. “Karena ternyata kita belum siap menghadapi bencana gempa. Sampai sekarang masyarakat yang terdapak masih tersisa, ada yang belum direhab-rekon bangunannya karena system pendataan kita yang masih lemah. Rupanya Manajemen gempanya pun tetap harus kita persiapkan. Kalau ada peringatan dini, ilmu yang diberikan bagaimana menhadapi bencana, tentu akan lebih siap, bagaimana masyarakat harus bersikap, bagaimana harus menghadapi terutama bila gempa besar yang ada ancaman Tsunami,” ucapnya. (MS/MU)

Komentar