Harga Jagung dan Gabah Anjlok, Pemerintah Diminta Segera Ambil Langkah Konkrit

KSB21 views

Sumbawa Barat, mediasumbawa.com- Ditengah musim panen raya yang sedang berlangsung masif di Kabupaten Sumbawa Barat, petani dihadapkan pada situasi memprihatinkan sebelumnya alat combine untuk petani juga menjadi masalah yang pertama dihadapi oleh petani di Sumbawa Barat. Akan tetapi, masalah tersebut sudah dapat di atasi oleh pemerintah. Masalah yang sangat krusial dihadapi petani saat ini adalah hasil panen yang melimpah, namun harga jatuh drastis dan kehadiran pemerintah. Bulog dinilai belum optimal dan masih sebatas wacana belaka. Petani kembali tertekan oleh permainan harga pasar yang ternyata masih dikendalikan tengkulak.

“Bayangkan saat ini harga jagung saja dibeli Rp 2.800 per kilogram oleh tengkulak, padahal pemerintah telah menetapkan harga dasar sebesar Rp 5.500 per kilogram untuk kadar air (KA) 14%. Belum lagi harga gabah petani yang sudah turun drastis diangka 5.000/kg dari harga yg ditetapkan oleh pemerintah 6.500/kg, ini jelas terjadi Ketimpangan harga yang tentu petani merugi,” ungkap ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Sumbawa Barat, Abdul Azis ketika di minta tanggapan oleh media ini.

Dijelaskannya, lambannya gerak Bulog dalam menyerap hasil panen petani, terutama komoditas jagung dan gabah itu membuat para petani dalam kebingungan, meskipun pemerintah gencar menyuarakan untuk tidak boleh ada harga pembelian kedua komoditas tersebut di bawah harga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

“Kita sudah melaksanakan hearing dan dalam hearing tersebut bersama DPRD, Pemda, TNI / Polri dan Bulog kita sudah sepakat bahwa harga tidak boleh dibawah harga pembelian pemerintah, tapi kenyataan dilapangan sangat jauh dari harapan petani. Justru Bulog belum menjalankan fungsinya secara maksimal di lapangan. Bahkan, Bulog beralasan yang tak logis dengan alasan masih menyiapkan tempat. Ini kan sangat merugikan petani,” jelasnya.

Lebih lanjut Azis juga mengungkapkan kendala transportasi sebagai salah satu hambatan utama dalam pengangkutan hasil panen oleh Bulog. Menurutnya, faktor ini turut memengaruhi kelambanan serapan serta menyebabkan harga komoditas tidak stabil di lapangan.

“Bulog sebenarnya bisa menyerap lebih cepat, tapi mereka terkendala transportasi. Akhirnya petani terpaksa menjual ke tengkulak yang datang langsung ke lokasi panen. Kalau ini tidak segera diatasi, petani akan terus jadi pihak yang dikalahkan,” pungkasnya.

Sementara itu, pimpinan Cabang Perum Bulog Sumbawa, Zuhri Hanafi, menyatakan bahwa harga dasar jagung memang telah ditetapkan sebesar Rp 5.500 per kilogram (KA 14%), dan menegaskan bahwa tengkulak seharusnya mengikuti standar tersebut, baik untuk jagung maupun gabah.

“Untuk harga gabah Rp 6.500, petani untung, tengkulak juga masih bisa ambil margin. Bahkan mitra Bulog membeli Rp 6.600. Tapi masih saja ada yang main harga, ini yang harus kita awasi bersama,” ujarnya.

Menanggapi keluhan soal kekurangan personel di lapangan, Zuhri menyampaikan bahwa Bulog telah melakukan penambahan tenaga outsourcing (OS) untuk memperkuat tim serap hasil panen dan distribusi.

Komentar