Pengangkatan Datu Rajamuda Kesultanan Sumbawa Guna Melestarikan Budaya Tana Samawa

Sumbawa133 views

Sumbawa, mediasumbawa.com- Budaya merupakan suatu kebiasaan yang berkembang didalam masyarakat yang diwarisi secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Sumbawa adalah salah satu daerah yang mayoritas masyarakatnya masih kental dengan tradisi dan budaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan antusias masyarakat sumbawa dalam melanjutkan tradisi yaitu mengikuti serangkaian Upacara adat Pengangkatan Datu Rajamuda.

Proses pengangkatan tersebut sangat panjang dan melewati beberapa rangkaian yang memiliki makna masing-masing. Adapun rangkaian yang pertama yaitu Ete Ai Kadewa, yaitu seorang calon Datu Rajamuda Sumbawa harus mengambil air dari 3 sumber mata air yang memiliki makna mendalam dalam ketiga proses pengambilannya, begitu juga dengan rangkaian setelahnya seperti Genris Pusaka, Satenri manik, dan seterusnya memiliki makna yang berbeda. Sebelum menjadi seorang Sultan maka perlu diangkat menjadi Rajamuda terlebih dahulu.

Kesultanan Sumbawa sudah ada pada 1 Muharram 1058 H. atau bertepatan dengan tanggal 30 November 1648, dimana saat itu Sultan pertama yaitu Dewa Mas Cinni yang berasal dari Dinasti Dewa Awan Kuning. Setelah beliau wafat digantikan oleh Rajamuda demikian juga seterusnya hingga sultan ke-18 yaitu Dewa Maswawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV. Sama seperti sultan sebelumnya yang akan digantikan oleh Rajamuda sebelum wafat. Namun, Dewa Maswawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV hanya memiliki dua putri dan tidak memiliki keturunan laki-laki sehingga beliau mengangkat cucu laki-lakinya untuk meneruskan garis kepemimpinan Kesultanan Sumbawa setelah beliau wafat.

Garis kepemimpinan kesultanan ini perlu diteruskan agar budaya Tana Samawa ini tidak terkikis oleh perkembangan teknologi digital yang berkembang pesat saat ini. Semakin berkembangangnya teknologi banyak budaya yang tertinggal terutama dikalangan remaja atau generasi muda saat ini.Sehingga budaya luar lebih cepat terserap tanpa adanya penyaringan yang membuat tradisi budaya serta adat istiadat tertinggal oleh zaman bahkan hampir saja terlupakan.

Dalam agenda dialog terbuka bersama dengan Datu Raja Muda Kesultanan Sumbawa pada Rabu, 29 Mei 2024 beliau didampingi oleh Para Pengurus Inti dari Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) yang dihadiri oleh siswa dan mahasiswa yang ada di Kabupaten Sumbawa. Acara tersebut berlangsung dengan penuh antusiasme dan semangat para siswa serta mahasiswa disertai dengan pengenalan adat istiadat budaya Samawa serta kesenian seperti tarian Sumbawa.

Dengan dilaksanakannya acara tersebut di Istana Dalam Loka, dimana didalamnya terdapat beberapa peninggalan sejarah pada masa kesultanan sebelumnya, para siswa dan mahasiswa dapat mengetahui apa saja peninggalan sejarah Sumbawa pada zaman dahulu.

Sebagai Penutup dalam acara Dialog tersebut, Dr. Lahmuddin Zuhri, S.H., M.Hum selaku Dekan Fakultas Universitas Samawa menegaskan “Bahwasanya yang paling utama dari budaya adalah bahasa, maka budaya itu menjadi identitas kita tau samawa dan bahasa itu adalah inti dari kebudayaan, bahasa itu akan menentukan pola pikir cara pandang kita melihat masa lalu, hari ini dan masa depan, siap menjaga sumbawa, siap menjaga sumbawa. Karena Republik ini ditopang oleh budaya-budaya yang ada di Nusantara, karena kecintaan kita terhadap Indonesia kita lupa dengan Sumbawa. Padahal Rahim kita lahir dari Rahim tana samawa. Kita kawal republik ini bersama-sama, kita kawal budaya sumbawa ini bersama-sama. Kita semua menjadi pengawal Sumbawa, menjadi Generasi penerus Sumbawa hari ini dan masa depan. Kita teropong masa depan untuk Sumbawa lebih jaya.”

 

Penulis ;
Ahmad Jasum Mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Inovasi, Pascasarjana Universitas Teknologi Sumbawa

 

Komentar